Tiga dekade silam, tepatnya
pada tanggal 13 Rabi’ul Awwal 1406 H, bertepatan dengan peringatan Maulidurrasul
ﷺ merupakan hari yang amat bersejarah bagi Pondok Pesantren Darul
Kamal Kembang-Kerang. Dimana peletakan batu pertama Pondok Pesantren tercinta
bersempena dengan hari yang agung itu.
Maka pada tanggal yang sama,
hari Rabu 13 Rabi’ul Awwal 1435 H yang jatuh pada 15 Januari 2014 ini,
segenap keluarga besar Darul Kamal bergembira merayakan Hari Ulang Tahunnya. Mensyukuri
karunia Allah SWT, sebab atas izin-Nya lah Darul Kamal dapat berkiprah hingga
menapaki usia yang ke-29 tahun.
Acara Pengajian
Setelah melalui serangkaian
acara apatizer menjelang tiba Hari H, berupa sejumlah event seperti
karnaval perlombaan (untuk menghibur dan meningkatkan kreatifitas santri);
pawae alegoris; dan khitanan massal. Pada acara inti, ribuan masyarakat
berduyun-duyun sowan ke lokasi jantung Desa Kembang-Kerang (Lombok Timur),
menghadiri acara tasyakuran Hultah PP. Darul Kamal ke-29 yang dirangkai dengan Haplah
Maulid Baginda Rasulullah ﷺ. Tujuan
utama kedatangan para jama’ah tak lain niat mulia berkumpul di Majelis Ilmu mendengarkan
pengajian Maulid, pencerahan dari tokoh agama mengenai sosok Rasulullah ﷺ yang
diharapkan dapat menyemai rasa cinta (mahabbah) kepada beliau, shallalláhu
‘alaihi wa ‘alá álihí wa shahbihí wa sallam.
Muhadharoh TGH. M. Ruslan Zain
Pengajian pertama sekaligus
sambutan disampaikan langsung oleh Sháhibul Bayt, Murobbi Pondok
Pesantren Darul Kamal Kembang-Kerang; Al-Mukarram TGH. M. Ruslan
Zain An-Nahdly.
Dalam ceramah yang beliau sampaikan,
beliau mengajak semua jama’ah untuk bersyukur banyak-banyak. Kenapa harus
bersyukur? Lagi beliau mengajak untuk ber-‘ibrah, merenungi betapa
banyak karunia yang telah Allah berikan.
Beliau menyitir isi kitab Al-Futúhát
Al-Madaniyyáh buah tangan Syaikh Al-‘Allámah Nawawi bin Umar Al-Bantani.
Dalam kitab tersebut diuraikan ada sekitar tujuh puluh unsur-unsur iman yang mesti
dilengkapi oleh setiap orang Mu’min agar imannya dapat dikatakan sempurna. Satu
diantaranya yaitu al-I’tibar, merenungi kekuasaan Allah ‘Azza wa
jalla dalam proses penciptaan seluruh alam semesta, termasuk diantaranya
merenungi rentetan proses metamorfosa manusia.
Allah SWT menciptakan Adam
selaku manusia pertama dari tanah, selanjutnya anak cucunya diciptakan dari
setetes mani, mani tersebut berubah dari satu keadaan menjadi keadaan yang lain
selama sembilan bulan berada dalam rahim, sehingga terlahirlah ke dunia dalam
bentuk sempurna (lihat QS. Al-Hajj: 5). Setelah lahir, ia terus mengalami
perubahan demi perubahan. Dengan kasih sayang Allah diberikannya hati sebagai processor,
akal untuk berpikir, pendengaran yang tajam, penglihatan yang terang, penciuman
akan aroma, perasa kelezatan, sentuhan halus, lidah untuk berbicara, anggota
badan yang patuh, dua tangan untuk bekerja, dua kaki untuk berjalan. Kemudian
Allah menganugerahkan berbagai macam keterampilan, bercocok tanam, jual-beli, dan
bertindak dalam segala sisi kehidupan. Allah menundukkan semua yang ada di bumi
daripada flora dan fauna, semuanya untuk kemaslahatan manusia.
Sebagaimana hal bertahap-tahapnya
proses kejadian manusia, begitupula gambaran proses fluktuatif perjalanan yang
telah dilalui Darul Kamal sejauh ini, hingga saat yang terlihat sekarang telah
menjadi salah satu pusat dan mercusuar ilmu di pulau Lombok, mempunyai bangunan
yang cukup bagus walau tak terlalu megah, memiliki lembaga pendidikan yang
komplit dari tingkat kanak sampai perguruan tinggi. Tentunya dalam proses
mewujudkannya tak luput dari berbagai rintangan, melalui fase-fase sulit dan
ujian yang tidak ringan. Akan tetapi Bi nashrilláh ini semua menjadi
kenyataan, tanpa pertolongan Allah, sedikitpun tak akan ada. Alláhu Akbar,
wa lilláhil hamd !!
Kemudian dalam peringatan
Maulid, tak ketinggalan beliau menyerukan untuk memaknai peringatan ini dengan
baik. Rasulullah adalah teladan yang komprehensif dalam segala hal, tak hanya
dalam hubungan dengan Allah, dalam hubungan sesama manusia beliaulah yang patut
dijadikan sebagai referensi. Beliau mengajarkan bagaimana meraih kebahagiaan di
dunia dan akhirat.
Rasululullah harus dijadikan
contoh dalam berbagai hal. Dalam berbisnis misalnya, karena sejak usia remaja
beliau menggeluti bidang ini. Mencotohi kehidupan rumah tangga beliau,
bagaimana beliau membina rumah tangga yang baik dengan istri-istri. Dalam menjadi
pemimipin, kecerdikan beliau luar biasa saat mengatur strategi.
Pengajian TGH. Habib Thantowi
Pengajian kedua dibawakan
oleh Al-Mukarram TGH. Habib Tanthowi, mu’assis PP. Darul Habibi Paok
Tawah Praya Lombok Tengah. Beliau membuka ceramah dengan membacakan sepenggal
hadits Rasulullah ﷺ yang
memberikan khabar gembira kepada seluruh hadirin:
مَنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِيْ
نَفْسِيْ, وَمَنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ مَلَإٍ خَيْرٌ مِنْهُمْ
“Barangsiapa
yang mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan
Barangsiapa yang mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam
perkumpulan yang lebih baik daripada mereka.”
Oleh karena itu, beruntunglah
para jamaah jika memanfaatkan perkumpulan ini dengan banyak-banyak berdzikir
dan bersholawat.
Selanjutnya beliau membicarakan
esensi Pondok Pesantren selaku lembaga pendidikan erat sekali kaitannya dengan
misi kedatangan Rasulullah ﷺ, yakni untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Disini diperlukan peran pendidik (guru-guru
yang mengabdi di PP.) untuk mendidik anak didiknya dengan cara yang benar sebagaimana
yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.
إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ مِثْلُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ
Memang benar metode beliau
dalam mendidik umatnya, dengan penuh kasih sayang sejatinya seorang ayah kepada
anak kandung sendiri. Maka oleh karena itu, para guru mesti memperlakukan anak
didiknya persis seperti anaknya sendiri, dalam mengajarkan ilmu maupun
membimbingnya untuk berakhlak yang baik, seorang guru harus mencurahkan
perhatian yang besar bagi muridnya. Beliau tidak membenarkan metode pendidikan
dengan kekerasan, atau kerap memarahi anak didik sembarangan. Dalam hadits:
لا تبغضوا أطفالكم
Begitupun bagi para murid,
beliau menasihati para santri-santriwati agar memberikan pernghormatan yang
sangat tinggi kepada gurunya. Karna di masa ini banyak sekalai dijumpai murid
yang tak beradab pada gurunya. Dari segi hasil akhir, lebih bagus hasil santri
yang ketika belajar otaknya kurang cerdas akan tetapi berkhidmat pada guru. Daripada santri yang
pintar tapi tak berakhlak baik kepada guru, ia tak akan mendapatkan keberkahan
ilmunya. Beliau mengutip petuah Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki:
الطالب عندي من يتعلم ويخدم, ومن خلص في خدمته
يفتح الله عليه
“Yang dikatakan murid
menurutku adalah seseorang yang belajar sekaligus berkhidmat. Barangsiapa yang
tulus dalam berkhidmat, maka Allah akan membukakan baginya pintu kebaikan.”
Akhirnya kita berharap di
usia yang ke-29 tahunnya ini, Pondok Pesantren Darul Kamal Kembang Kerang akan
semakin baik selaku penerima estafet dakwah, untuk menyebarkan ajaran-ajaran
yang dibawa oleh Baginda Rasulullah ﷺ. Terus
berdedikasi tinggi untuk umat dengan ikhlas. Serta mencetak kader-kader
penyebar agama Islam yang kaya ilmunya dan berakhlakul karimah.