Kullu ‘am wa antum bi khoir..!
Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa kini kita beranjak memasuki
‘Am Al-Jaddid 1435 Hijriah. Sekitar 15 abad yang lalu, terjadi peristiwa
historis yang begitu signifikan sebagai titik tolak bagi umat Islam generasi
awal membentuk tatanan baru yang lebih baik, yaitu peristiwa hijrahnya
Rasulullah SAW dan kaum muslimin dari Makkah menuju Yatsrib. Suatu peristiwa istimewa
yang sangat penting untuk dikenang, dipetik
makna dan hikmahnya oleh generasi muslim masa kini demi menggugah jiwa untuk semangat menegakkan Islam. Sayangnya pergantian
tahun penanggalan Qamariah ini kurang diperhatikan oleh kebanyakan umat Islam
sendiri, berbeda halnya dengan peralihan tahun Syamsiah yang dirayakan massif oleh
orang-orang di berbagai penjuru dunia.
Memperingati tahun baru Hijriah tidak perlu dengan peringatan
meriah dan semarak. Jadikanlah sebagai momentum untuk refleksi, muhasabah,
paling tidak cobalah merenung dalam kesunyian malam meninjau kembali perjalanan
hidup yang telah kita tempuh, bukankah lebih banyak waktu yang terbuang sia-sia?
Lalu apa yang telah mampu kita berikan untuk dunia, bukankah semua yang kita
lakukan itu masih belum apa-apa?
Dari itu pula kita menganalisa apa saja yang perlu diperbaiki dari
waktu yang lalu itu untuk tahun yang akan kita hadapi ini, karena hari esok
harus lebih baik dari sekarang dan kemarin. Akhir tahun saat yang sangat tepat
untuk mengavaluasi diri “Haasibuu qabla an tuhaasabu” (Umar RA).
Peringatan
Tahun Baru Hijriah di Ponpes Darul Kamal
Sudah menjadi tradisi adiluhung di Pondok Pesantren Darul Kamal
setiap malam tanggal 1 Muharram para Ustadz beserta tullab-thalibat, menggelar
doa bersama membaca Hizib Nahdlatul Wathan. Dengan harapan utama mudah-mudahan
Allah SWT memberkahi umur yang telah diberikan kepada kita sampai saat ini dan
semoga diperpanjang, sehingga umur itu kita jadikan kesempatan yang selalu terisi
oleh setiap amal perbuatan yang diridhai-Nya.
Usai berhizib, acara juga dirangkai dengan pengajian memaknai Tahun
Baru Hijriah. Dua tahun yang lalu secara beruntun, pengajian ini dibawakan oleh
TGH. DR. Syihabuddin, LC, Doktor bidang hadits alumnus Universitas Al-Azhar
Mesir yang kini mengajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam ceramah yang beliau sampaikan kepada Jamaah. Beliau menceritakan
dengan runtun scenario perjalanan hijrah, bagaimana Rasullah SAW meninggalkan
rumah dengan bantuan Ali RA mengecoh Kafir Quraisy yang sudah siap siaga
melancarkan misi pembunuhan, keberangkatan bersama Abu Bakar yang sangat setia
selama dalam perjalanan, pengejaran kaum kafir demi sayembara menggiurkan, termasuk
Suraqah yang membuktikan betapa Nabi Muhammad SAW sangat pemaaf, kekuasaan
Allah mengirin tentara berupa laba-laba yang membuat sarang di lubang gua agar
kaum kafir tidak mengetahui, tangisan Abu Bakar yang ketakutan dan kesakitan
disengat kalajengking sampai air mata beliau menetes jatuh ke muka Rasulullah
yang mulia, dan beliau terhibur oleh kata ajaib “Laa tahzan innalláha ma’ana”.
Sampai pada akhirnya beliau tiba di Madinah disambut dengan sangat gembira
oleh penduduk dengan mendendangkan “Thala’al badru….”, dan persaudaraan
mengharukan antara kaum Muhajirin dan Anshar (ukhuwah islamiyah). Sehingga terbentuklah
tatanan hidup baru umat muslim yang lebih baik sebagaimana yang kami maksud di
atas.
Begitu juga keteladanan para para sahabat yang sangat setia
mengikuti Rasul kecintaannya, mereka dengan rela meninggalkan kampung halaman
yang mereka cintai dan harta benda demi memperjuangkan agama Allah. Ketabahan mereka
Radhiyallahu ‘anhum menghadapi berbagai daya upaya kaum musyrikin yang
selalu mengganggu, menyakiti dan menghina kaum Muslimin yang pada saat itu berjumlah
sedikit. DR. Syihabuddin menyimpulkan setiap perjuangan itu membutuhkan
pengorbanan, pengorbanan yang awalnya menyakitnya selalu berakhir dengan manis.
Kali ini pengajian dibawakan langsung oleh Pembina Pondok Pesantren
Darul Kamal Al-Mukarram TGH. Muhammad Ruslan Zain
“Dalam berbisnis, kita butuh modal untuk
menjalankan usaha. Semakin banyak modal yang kita miliki semakin banyak barang
yang dapat dibeli untuk dijual. Semakin banyak barang yang dijual dan LAKU maka
semakin banyak pula untung yang didapat.
Umpamakanlah usia yang dikaruniakan kepada kita
sebagai modal, lalu usaha yang kita geluti adalah usaha Akhirat (sebaik-baik
usaha), sebagai barangnya amal shalih, semakin banyak amal shalih maka semakin
banyak pahala yang didapat untuk mendapatkan keuntungan besar yaitu beruntung
di hari akhirat dengan masuk ke dalam surga (faaza bil Jannah).
Dengan bertambahnya usia, artinya kita
mendapatkan tambahan modal yang harus digunakan dengan sebaik-baiknya untuk untuk
meningkatkan amal shalih. Meningkatkan amal sahalih tidak mesti dengan menambah
rakaat shalat, ingat dalam berbisnis itu yang terpenting adalah LAKU terjual,
yang sedikit tapi ludes laku lebih baik daripada banyak tapi tidak laku. Maka dalam
beribadah yang lebih diutamakan adalah bagaimana meningkatkan kualitas ibadah
yang kita laksanakan. Para sahabat yang hidup di zaman Rasulullah, ibadahnya
tidak terlalu banyak, tapi ibadah itu mereka laksanakan dengan penuh keikhlasan
dan sepenuh hati, jika dibandingkan 1000 rakaat shalat kita tidaklah lebih baik
dari 2 rakaat shalat para shahabat Radiyallauhu’anhum.
Marilah juga tanamkan pribadi yang semakin
gemar pada kebaikan (hubbul khair), kebaikan itu sederhana, memberi senyum
manis kepada saudara kita agar mereka senang melihat kita terhitung kebajikan,
menyingkirkan duri di jalan, memungut sampah yang merusak pemandangan agar
orang menjadi nyaman memandang juga amal kebajikan yang jangan diremehkan
pahalanya.”
Begitulah cuplikan nasihat yang beliau sampaikan kepada keluarga
besar pondok pesantren yang meramaikan pengajian malam tadi, semoga mendorong kita
untuk kedepannya meningkatkan kualitas ibadah baik itu ibadah langsung kepada
Allah dengan taat, cinta dan ketundukan yang sempurna kepada-Nya, maupun ibadah
bersifat keshalihan sosial dengan berakhlakul kariimah,yang membuat Dia Ridho
kepada kita sebabnya.
Marilah kita berhijrah, bukan hijrah makaniyah tapi hijrah
maknawiyah. Dalam artian bertransformasi untuk menjadi diri yang lebih baik
وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْه (رواه البخاري)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar