Berawal dari
rapat mendadak yang dipionir anak-anak drumband pada suatu saat jam istirahat
sekolah, aku mulai menyadari kembali. Sebenarnya pertemuan yang diselenggarakan
pagi itu berbasis rapat khusus grup drumband, tapi Pak Taki yang posisinya
sebagai Pembina ekstrakulikuler drumband mengikutsertakanku selaku ketua OSIM
dalam rapat itu, however ketua OSIM mempunyai tanggung jawab dan keterlibatan
pada seluruh kegiatan yang ada di Madrasah.
Dalam rapat itu
beliau hanya sedikit membahas yang kaitannya dengan drumband, malah lebih
menyoroti kinerja OSIM organisasi kesiswaan yang pada saat ini aku handle.
Ya, OSIM di sekolah kami yang selama bertahun-tahun terakhir seakan telah mati
suri termasuk saat berada di bawah kepemimpinanku. Lalu dengan gaya bicara
khasnya dengan lembut tapi ada energi kuat yang ditangkap siapapun lawan
bicaranya, aku sebagai ketua OSIM benar-benar merasa kena semprotan keras dari
Pak Taki.
Aku akui,
bahkan memang dari jauh sebelumnya aku sudah sadar kalau aku ini sosok ketua OSIM
yang payah, ngurusin diri sendiri aja gak becus (baca: tidak
mempunyai self leadership), apa lagi mengurus yang beginian. Tanggung
jawab mengendalikan OSIM tidak boleh diremehkan bisa dibilang sangat berat, beberapa
bulan lalu saat dipercayai menduduki jabatan itu, aku sedikit segan, sebenarnya
aku sudah menyatakan komplain, tapi pada akhirnya dengan dorongan dari headmaster
aku menerima saja, itung-itung belajar.
Selama
kepemimpinanku tidak sepenuhnya benar orang yang bilang program OSIM ini tidak
berjalan. Sejujurnya, pertama-tama semenjak menjabat ketua OSIM aku bekerja
keras untuk merubah diriku sendiri terlebih dahulu, membuang jauh-jauh bad
habbit yang selama ini melekat Barulah setelah itu aku selalu memutar otak
setiap saat untuk membuat gebrakan-gebrakan baru buat OSIM, sayangnya aku bukan
pemikir cerdas yang bisa memunculkan ide-ide cemerlang dan bukan pekerja keras
yang bisa menjalankan program kerja sebagaimana mestinya.
Jadi fase
selanjutnya yang willy nilly harus aku lakukan adalah merangkul semua
teman-teman agar terbentuk teamwork yang baik, dengan kerja sama dan berbagi
tugas semua akan menjadi mudah dan ringan, aku bukan Superman atau alien dari planet
lain yang bisa melaksanakan tugas-tugas yang menumpuk sendirian tanpa bantuan,
mungkin salah satu alasannya “Alwájibat aktsaru minal auqát” (waktu yang
kita miliki tidak sepadan dengan tugas-tugas yang banyak).
Apalagi aku kaku untuk membagi tugas dengan
teman-temanku (sifat yang tidak semestinya dimiliki pemimpin, karena seorang
pemimpin berhak memerintahkan bawahannya), sering juga aku punya ide-ide kerja
tapi aku canggung untuk merepotkan teman-temanku untuk diajak kerja.
Sampai pada
akhirnya, tidak lama ini aku sudah bisa merangkul beberapa teman-temanku yang
sangat baik, meskipun banyak teman-teman lain yang bengelnya minta ampun.
Anggap saja Muhyid, Muhib, Huda dan Yusi yang bisa saja kuajak bekerja lembur
semalam penuh, ada juga Anwar dan Muiz si Limbad yang bisa diandalkan kekuatan
supernya, sayangnya kalo penyakit ngambeknya kumat jadi berabe. Haha. (teman
yang gak kena mention, jangan tersinggung ye!)
Dengan modal
spirit juang beberapa temanku itu, mudah saja aksi memajukan OSIM secara
drastis dimulai. Segala ide dari masing-masing dikumpulkan dan diaplikasikan
secara bersama dan semuanya yang dulunya tidak mungkin akan menjadi mungkin.
Inilah arti dari proses, aku bukan Raja Midas yang menurut mitos Yunani Kuno
segala yang disentuh olehnya akan menjelma menjadi emas bahkan kotoran
sekalipun.
Tapi sayangnya
mengapa di saat temanku sudah berapi-api dan OSIM siap tancap gas, malah aku
sendiri yang mulai drop melemah, kenapa rasa keputus-asaanku mulai muncul.
Namun ini terjadi bukan tanpa alasan
Aku sempat
kesal karena beberapa faktor, anggap saja karena sering kekurangan dana, padahal
dana itu kan jadi bahan bakar untuk menjalankan roda program kerja, tanpa dana
kita takkan bisa kemana-kemana. Disamping itu, aku sering risih setiap ada
kasus-kasus kenakalan di dalam maupun di luar sekolah yang melibatkan temanku
(padahal kenakalan remaja anak SMA sudah jadi issu klasik di sekolah manapun), aku
juga mulai sering tersinggung setiap ada masalah muncul aku yang dikambing
hitamkan (resiko yg lazim ditanggung itu mah), awalnya teman-teman sinis yang
bilang “mana nih ketua OSIM?” atau sarkasme lainnya, kuanggap sebagai
kata yang sangat kusenangi untuk melejitkan semangatku, tapi lama-kelamaan aku
gerah juga mendengar sabda-sabda mereka itu. Aku mau melempar handuk
saja, toh juga satu bulan lagi semester ini akan berakhir biarkan semuanya
berakhir sebelum waktunya.
Yah, aku memang
sudah lemah untuk melanjutkan. Tapi, akal sehat dan hatiku yang terkecil menyayangkan
sikapku yang seperti ini, kenapa sudah menyerah? Ku sumpah serapah diriku yang
melarikan diri dari amanat. Satu-satunya cara yang kukira bisa rebuild my
spirit adalah dengan mendapatkan suntikan motivasi.
Dan Pak Taki
datang pada saat yang tepat, “Niaz (nickname), mau kemana? Drumband mau
rapat, ikut yuk!” sapa beliau saat aku hendak mau mencari makan, kukira beliau
yang ramah iseng-iseng menawarkanku ikut rapat tertutup itu. Ternyata beliau
serius ingin aku hadir. Dan di sanalah, di ruang kerjaku yang sudah lama tak ku
pakai lagi untuk bekerja aku dikuliti oleh suara beliau. Wkwkw lebayy..
Di saat giliran
beliau yang menyampaikan suara-suaranya, di sinilah aku mendapatkan banyak
suntikan motivasi. Inilah saatnya, memang waktuku tak lama lagi (apaan kayak
mau ke alam sana aja, hikz hikz), tapi akan kumanfaatkan seefisien mungkin.
Untuk tahun ajaran berikutnya sepertinya aku sudah tidak diperkenankan lagi menjadi
ketua OSIM, dan memang seharusnya aku harus mundur, biarkan nanti kuserahkan ke
adik-adik kelas untuk me“LANJUTKAN IKHTIAR”. Namun walaupun posisiku
sudah terkudeta, aku akan tetap bekerja lebih keras lagi untuk membayar
kebodohanku selama ini, mengusung dari belakang kayaknya lebih baik.
SUDAH SAATNYA MADRASAH ALIYAH DARUL KAMAL MAMPU BERSAING BERSAMA
JAJARAN SEKOLAH-SEKOLAH MAJU. GUNG HO!!!!