Kamis, 23 Mei 2013

LAGU-LAGU PONPES DARUL KAMAL

         Dalam berbagai acara seremoni pondok Darul Kamal, panitia acara biasanya selalu menghadirkan kelompok paduan suara yang menyanyikan lagu-lagu pondok sebelum acara inti (pengajian) dimulai untuk menghibur para hadirin, mengetuk pintu jiwa mereka agar siap menerima pengajian dan tidak seperti yang dikatakan "the light are on, but nobody's home". Para hadirin terutama kaum tua sangat senang mendengar suara-suara merdu personil yang menyanyi, membuat mereka ikut terbawa menjiwai lagu, terkadang mereka ikut menggoyang-goyangkan kepala bahkan di lagu-lagu tertentu tidak jarang para hadirin meneteskan air mata karena terharu.
         Ada banyak lagu yang telah diciptakan, berikut kami sajikan lirik dua lagu berikut, lirik lagu-lagu yang lain Insyaallah akan menyusul...

SILAK NGAJI (Bahasa Sasak)

Silak pada ngaji lek Darul Kamal
Ngaji Hadits daet Al Qur’an
Jari sangu ta jauang
Leman dunia datang akhirat

Inak amaq silak pada saksiang
Darul Kamal pusat perjuangan
Taok anakda belajar ngaji
Menuntut ilmu Rabbul Izzati

Darul Kamal  terus perjuangan
Pendidikan sak berjalur formal
Ngara’ang Paud, TK dan MI
MTs,  MA Perguruan Tinggi

Kembang Kerang jari Desa sorotan
STAI DK jari Tujuan
Mencetak kader berjiwa Qur’an
Pejuang Islam dimasa depan

Inak amak silak ta pada ngiring
Tunas do’a jok Allah sak kuasa
Mudahan gamak lek Darul Kamal
Kan tetap jaya selama-lamanya

MARI MENGAJI

Wahai kaum muslimin
Mari kita mengaji
Di Darul Kamal An-nur Kembang Kerang
Di Darul Kamal An-nur Kembang Kerang

Ponpes Darul Kamal
Selalu ikhlas membina
Mengajarkan ilmu agama
Kepada semua insan

Al-Qur'an dan hadits
Itu jadi pedoman
Diajarkan di STAI
Sentra kajian Islam

Ponpes Darul Kamal
Sudah terbukti nyata
Membina umat yang beriman
Dan berakhlak mulia

Mari terus berjuang
Untuk ponpes tercinta
Rajin belajar, taat dan bakti
Pada guru tercinta


Jumat, 10 Mei 2013

Asrama Putri Baru yang MEWAH



“Aku pingin jadi wanita sukses, supaya aku bisa mewujudkan impianku memberangkatkan Amaq dan Inak ke Mekkah menunaikan haji bersama-sama denganku.. Oh mungkinkah..” Sepenggal harap terlintas dalam hatinya kala ia sedang asyik duduk manis di beranda asrama tempat tinggalnya, matanya yang bening terus menatap tajam ke depan melihat indahnya daun padi yang tumbuh di pematang sawah yang berada tak jauh di hadapannya, padi yang masih berwarna hijau itu terlihat menari-nari mengikuti irama angin sepoi-sepoi yang melambaikannya, meskipun terkesan sederhana tapi pemandangan sore itu cukup menakjubkan.
“Dek Rohmi, kok bengong aja, sekarang kan giliran Dek Rohmi yang masak.” sebuah suara lembut yang bersumber dari Raudah seketika membuyarkan lamunannya. “Oh iya kak, santai aja, ini kan masih jam 4 kak”. Sahut wanita asal Sembalun itu setelah sempat terkejut, tapi ia segera bergegas bergabung dengan teman satu tim untuk menghidangkan menu makan malam.
Sembari menanti menjelang tibanya waktu senja, semua santriwati di asrama putri ponpes mempunyai kesibukan masing-masing. Diantara mereka ada yang sibuk membaca buku, seperti Azizah dan Hayati. Ada yang sibuk memasak seperti Rohmi cum suis. Santriwati yang sudah bersatus mahasiswi setiap harinya disibukkan dengan tugas kuliah. Santriwati yang lainnya membentuk kelompok diskusi (entah apa yang dibicarakan, muzakarah pelajaran ataukah muzakarah pacaran :D). Bahkan ada juga yang diam-diam telponan (ga tau telponan sama siapa, sama orang tua atau si doy) kalau yang ini mah kerjaan rutinitasnya si Susika kalau Ustadz Syamsul lagi tidak mengawas. Yang jelas di sana tidak terlihat pasangan yang sedang bergeriliya mencari kutu kepala (kebiasaan kaum Hawa kalo lagi kurang kerjaan –jobles-). ƗƗɐƗƗɐ ƗƗɐƗƗɐ…
Seperti itulah kira-kira deskripsi suasana yang terjadi di asrama putri Ponpes Darul Kamal yang masih plat XX itu. Para penghuni kelihatannya lebih ceria dan gembira dengan asrama baru mereka, hari-hari yang mereka lalui disambutnya dengan muka yang lebih cerah daripada sebelumnya ketika masih di eks-asrama lama sebelum dialokasi.
Ya, belum lama ini, Alhamdulillah Ponpes Darul Kamal sudah berhasil mewujudkan harapan para wali murid. Sebelumnya banyak para orang tua dari luar kampung yang hendak menyetor putri-putrinya ke pesantren, sayangnya niat mereka sering terurungkan karena di Ponpes belum ada asrama putri yang memadai.
Nah setelah ada rezeki yang cukup dan menemukan lahan yang cocok, segera pengurus ponpes mendirikan Asrama khusus untuk putri. Tidak membutuhkan waktu lama untuk itu, berkat semangat gotong royong warga Kembang Kerang, bangunan asrama itu sekarang sudah berdiri dengan kokoh dan tentu saja MEWAH (MEpet saWAH). Letaknya tidak jauh dari bangunan utama Ponpes.
Untuk saat ini bangunan asrama tersebut masih terdiri dari 4 kamar, ukuran setiap kamar cukup besar, kapasitasnya bisa menampung hingga maksimal tujuh orang. Santriwati yang mendiami asrama sendiri masih berjumlah 26 orang, jumlah itu didominasi oleh santriwati yang sedang menimba ilmu di Madrasah Aliyah, sisanya siswi SMK dan mahasiswi STAI. Mudah-mudahan ke depannya bisa dibangun lagi ke atas, untuk mengansitipasi Boming santriwati untuk tahun ajaran berikutnya.. hehe Amin..
Untuk mengontrol, membina, mengayomi, menjaga sekaligus memberi pendidikan kepada mereka, pengurus Ponpes telah menyediakan pengasuh khusus. Dimana posisi itu untuk sementara dipercayakan kepada Ustadz Syamsul Wathani, S.Th.I, ustadz muda lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tugas untuk membimbing anak perempuan memang cukup berat, lebih berat dibandingkan membimbing anak laki-laki. Diantara tugas yang harus ditunaikan Pembina asrama adalah: menginstruksikan anak asuhnya supaya giat belajar, selalu mengikuti pengajian di Pesantren, menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga mereka dari gangguan kaum Adam. Insyaallah ke depannya anak-anak bisa diberikan kegiatan-kegiatan bermanfaat yang sifatnya mengembangkan bakat, seperti Quran memorizing, termasuk juga ada rencana menerapkan bilingual area supaya mereka cakap dalam berbahasa Arab dan bahasa Inggris.
Jadi mulai dari sekarang, teman-teman yang dari jauh tidak perlu ragu lagi untuk datang menuntut ilmu kesini, sudah disediakan tempat tinggal yang bagus dan tentunya MEWAH (apaan itu mewah?).
Sedangkan asrama khusus putra juga memang sudah ada, tapi masih tidak memadai untuk banyak anak. Insyaallah kita akan buatkan juga secepat memungkinkan. Bahkan ponpes berkeinginan untuk membangun bangunan asrama yang besar, sehingga seluruh santri maupun santriwati semuanya disuruh mondok tanpa terkecuali, karena itulah arti sebenarnya dari Pondok Pesantrian sebagai tempat mondoknya seluruh santri yang belajar. Jadi kita bergerak step by step, awalnya kita prioritaskan untuk wanita dulu yang lebih penting, karena santri laki-laki bisa dengan mudah mencari tempat tinggal di sini.
Terakhir kami memohon doa kepada semua pihak, semoga anak-anak yang diamanatkan kepada kami bisa kami jaga dengan sebaik mungkin terutama yang ada di asrama putri ini yang sudah datang dari jauh-jauh, mudah-mudahan kami bisa memberi nutrisi ilmu-ilmu agama Islam yang banyak sesuai dengan niat mulia mereka datang kemari. Mereka adalah calon wanita hebat yang peran mereka sangat dibutuhkan demi nasib bangsa kita di masa depan. Bukan sebagai wanita pendosa yang tidak saja membuat dosa untuk dirinya sendiri, tapi sebagai fitnah yang menjerumuskan kaum lelaki dengan godaanya, seperti halnya banyak wanita yang kita lihat sekarang.
المرأة عماد البلاد إذا صلحت صلح البلاد وإذا فسدت فسد البلاد
“Wanita itu tiang negara, apabila wanitanya baik maka negara pun akan baik, namun bila wanitanya jelek maka negara pun akan jelek”. Oh, betapa Islam menjadikan wanita sebagai bagian yang sangat istimewa.

Selasa, 07 Mei 2013

Suara Ketua OSIM Madrasah Aliyah NW Darul Kamal Kembang Kerang



Berawal dari rapat mendadak yang dipionir anak-anak drumband pada suatu saat jam istirahat sekolah, aku mulai menyadari kembali. Sebenarnya pertemuan yang diselenggarakan pagi itu berbasis rapat khusus grup drumband, tapi Pak Taki yang posisinya sebagai Pembina ekstrakulikuler drumband mengikutsertakanku selaku ketua OSIM dalam rapat itu, however ketua OSIM mempunyai tanggung jawab dan keterlibatan pada seluruh kegiatan yang ada di Madrasah.
Dalam rapat itu beliau hanya sedikit membahas yang kaitannya dengan drumband, malah lebih menyoroti kinerja OSIM organisasi kesiswaan yang pada saat ini aku handle. Ya, OSIM di sekolah kami yang selama bertahun-tahun terakhir seakan telah mati suri termasuk saat berada di bawah kepemimpinanku. Lalu dengan gaya bicara khasnya dengan lembut tapi ada energi kuat yang ditangkap siapapun lawan bicaranya, aku sebagai ketua OSIM benar-benar merasa kena semprotan keras dari Pak Taki.
Aku akui, bahkan memang dari jauh sebelumnya aku sudah sadar kalau aku ini sosok ketua OSIM yang payah, ngurusin diri sendiri aja gak becus (baca: tidak mempunyai self leadership), apa lagi mengurus yang beginian. Tanggung jawab mengendalikan OSIM tidak boleh diremehkan bisa dibilang sangat berat, beberapa bulan lalu saat dipercayai menduduki jabatan itu, aku sedikit segan, sebenarnya aku sudah menyatakan komplain, tapi pada akhirnya dengan dorongan dari headmaster aku menerima saja, itung-itung belajar.
Selama kepemimpinanku tidak sepenuhnya benar orang yang bilang program OSIM ini tidak berjalan. Sejujurnya, pertama-tama semenjak menjabat ketua OSIM aku bekerja keras untuk merubah diriku sendiri terlebih dahulu, membuang jauh-jauh bad habbit yang selama ini melekat Barulah setelah itu aku selalu memutar otak setiap saat untuk membuat gebrakan-gebrakan baru buat OSIM, sayangnya aku bukan pemikir cerdas yang bisa memunculkan ide-ide cemerlang dan bukan pekerja keras yang bisa menjalankan program kerja sebagaimana mestinya.
Jadi fase selanjutnya yang willy nilly harus aku lakukan adalah merangkul semua teman-teman agar terbentuk teamwork yang baik, dengan kerja sama dan berbagi tugas semua akan menjadi mudah dan ringan, aku bukan Superman atau alien dari planet lain yang bisa melaksanakan tugas-tugas yang menumpuk sendirian tanpa bantuan, mungkin salah satu alasannya “Alwájibat aktsaru minal auqát” (waktu yang kita miliki tidak sepadan dengan tugas-tugas yang banyak).
 Apalagi aku kaku untuk membagi tugas dengan teman-temanku (sifat yang tidak semestinya dimiliki pemimpin, karena seorang pemimpin berhak memerintahkan bawahannya), sering juga aku punya ide-ide kerja tapi aku canggung untuk merepotkan teman-temanku untuk diajak kerja.
Sampai pada akhirnya, tidak lama ini aku sudah bisa merangkul beberapa teman-temanku yang sangat baik, meskipun banyak teman-teman lain yang bengelnya minta ampun. Anggap saja Muhyid, Muhib, Huda dan Yusi yang bisa saja kuajak bekerja lembur semalam penuh, ada juga Anwar dan Muiz si Limbad yang bisa diandalkan kekuatan supernya, sayangnya kalo penyakit ngambeknya kumat jadi berabe. Haha. (teman yang gak kena mention, jangan tersinggung ye!)
Dengan modal spirit juang beberapa temanku itu, mudah saja aksi memajukan OSIM secara drastis dimulai. Segala ide dari masing-masing dikumpulkan dan diaplikasikan secara bersama dan semuanya yang dulunya tidak mungkin akan menjadi mungkin. Inilah arti dari proses, aku bukan Raja Midas yang menurut mitos Yunani Kuno segala yang disentuh olehnya akan menjelma menjadi emas bahkan kotoran sekalipun.
Tapi sayangnya mengapa di saat temanku sudah berapi-api dan OSIM siap tancap gas, malah aku sendiri yang mulai drop melemah, kenapa rasa keputus-asaanku mulai muncul. Namun ini terjadi bukan tanpa alasan
Aku sempat kesal karena beberapa faktor, anggap saja karena sering kekurangan dana, padahal dana itu kan jadi bahan bakar untuk menjalankan roda program kerja, tanpa dana kita takkan bisa kemana-kemana. Disamping itu, aku sering risih setiap ada kasus-kasus kenakalan di dalam maupun di luar sekolah yang melibatkan temanku (padahal kenakalan remaja anak SMA sudah jadi issu klasik di sekolah manapun), aku juga mulai sering tersinggung setiap ada masalah muncul aku yang dikambing hitamkan (resiko yg lazim ditanggung itu mah), awalnya teman-teman sinis yang bilang “mana nih ketua OSIM?” atau sarkasme lainnya, kuanggap sebagai kata yang sangat kusenangi untuk melejitkan semangatku, tapi lama-kelamaan aku gerah juga mendengar sabda-sabda mereka itu. Aku mau melempar handuk saja, toh juga satu bulan lagi semester ini akan berakhir biarkan semuanya berakhir sebelum waktunya.
Yah, aku memang sudah lemah untuk melanjutkan. Tapi, akal sehat dan hatiku yang terkecil menyayangkan sikapku yang seperti ini, kenapa sudah menyerah? Ku sumpah serapah diriku yang melarikan diri dari amanat. Satu-satunya cara yang kukira bisa rebuild my spirit adalah dengan mendapatkan suntikan motivasi.
Dan Pak Taki datang pada saat yang tepat, “Niaz (nickname), mau kemana? Drumband mau rapat, ikut yuk!” sapa beliau saat aku hendak mau mencari makan, kukira beliau yang ramah iseng-iseng menawarkanku ikut rapat tertutup itu. Ternyata beliau serius ingin aku hadir. Dan di sanalah, di ruang kerjaku yang sudah lama tak ku pakai lagi untuk bekerja aku dikuliti oleh suara beliau. Wkwkw lebayy..
Di saat giliran beliau yang menyampaikan suara-suaranya, di sinilah aku mendapatkan banyak suntikan motivasi. Inilah saatnya, memang waktuku tak lama lagi (apaan kayak mau ke alam sana aja, hikz hikz), tapi akan kumanfaatkan seefisien mungkin. Untuk tahun ajaran berikutnya sepertinya aku sudah tidak diperkenankan lagi menjadi ketua OSIM, dan memang seharusnya aku harus mundur, biarkan nanti kuserahkan ke adik-adik kelas untuk me“LANJUTKAN IKHTIAR”. Namun walaupun posisiku sudah terkudeta, aku akan tetap bekerja lebih keras lagi untuk membayar kebodohanku selama ini, mengusung dari belakang kayaknya lebih baik.
SUDAH SAATNYA MADRASAH ALIYAH DARUL KAMAL MAMPU BERSAING BERSAMA JAJARAN SEKOLAH-SEKOLAH MAJU. GUNG HO!!!!